Rindu Itu
Kenapa rindu selalu terhubung dengan sepi dan rasa sakit? Oh, aku belum berdamai dengan hatiku. Tidak. Sekarang pun di tengah keramaian ini terasa begitu sepi. Harusnya wajah ini terlukis lengkungan halus yang mengembang. Desir angin pun harusnya terasa seperti semilir menyejukkan. Harusnya nada-nada itu menari riang. Tapi tidak. Ketika melihat wajahnya menjadi sesak tak tertahan. Kalut tak karuan. Sakit, entah sakit di sebelah mana. Hanya tak menentu, begitu saja. Bagaimana semua hanya begitu saja? Rindu itu mengakar terlampau kuat. Dimana akal sehat? Merasa diri sediri seperti gila? Ah, tidak lucu. Nampaknya aku sangat tak tertarik dengan canda tawa. Ketika melihat wajahnya seperti nada nada berhenti mengalun. Semilir angin tak lagi seperti semilir. Tapi membelit hingga melilit. Hati ini terlilit. Hebat dia, si angin kerinduan. Diri ini payah. Aku payah. Lagi-lagi diri ini tersesat. Goyah beberapa saat. Oh, bukan! Bahkan hingga detik ini. Hingga saat ini. Ketika...