Rindu Itu







Kenapa rindu selalu terhubung dengan sepi dan rasa sakit? Oh, aku belum berdamai dengan hatiku. Tidak. Sekarang pun di tengah keramaian ini terasa begitu sepi. Harusnya wajah ini terlukis lengkungan halus yang mengembang. Desir angin pun harusnya terasa seperti semilir menyejukkan. Harusnya nada-nada itu menari riang. Tapi tidak. Ketika melihat wajahnya menjadi sesak tak tertahan. Kalut tak karuan. Sakit, entah sakit di sebelah mana. Hanya tak menentu, begitu saja. Bagaimana semua hanya begitu saja? Rindu itu mengakar terlampau kuat. Dimana akal sehat? Merasa diri sediri seperti gila? Ah, tidak lucu. Nampaknya aku sangat tak tertarik dengan canda tawa. Ketika melihat wajahnya seperti nada nada berhenti mengalun. Semilir angin tak lagi seperti semilir. Tapi membelit hingga melilit. Hati ini terlilit. Hebat dia, si angin kerinduan. 



Diri ini payah. Aku payah. Lagi-lagi diri ini tersesat. Goyah beberapa saat. Oh, bukan! Bahkan hingga detik ini. Hingga saat ini. Ketika melihat wajahnya, sebenarnya apa yang mengganggu? Hingga tak ada tegur sapa. Tak ada secuil keberanian pun, bahkan untuk menatap, bersua, dan kemudian tegur sapa. Hai! Hanya satu kata tiga huruf saja, tak ada satupun yang akhirnya terucap. Ah, bahkan hanya huruf H saja juga tidak. Tiga huruf itu menggersang di tenggorokan. Oh, apalah diriku yang payah. Payah. Mau saja terlilit angin rindu yang menyesakkan.


Kau tahu, eh bukan. Kau tidak perlu tahu. Hanya saja aku iri melihat orang lain dengan mudah bertegur sapa. "Hai kamu, apa kabar?" Nah, aku? Hanya menatap dari kejauhan. Hanya begitu saja. Dan begitu saja. Kemudian hanya begitu saja. 
Kenapa rindu selalu terhubung degan sepi dan rasa sakit? Iya, sepi. Iya, rasa sakit. Hai angin rindu? Tak bisakah kau cari saja orang selain aku? Aku hanya saja tak mampu menahan belaianmu.

Tulisan ini terinspirasi kisah seseorang di suatu siang yang cukup terik. Seseorang itu seperti sedang tersesat, bahkan ia bertanya padaku, "Kemana arah hidupku seharusnya?"

Comments

Popular posts from this blog

Tentang Kamu

I Hear Your Voice (2)

Ilmu di Setiap Langkah Kaki