Posts

Sebuah Catatan Akhir Tentang Menetap

Image
  Aku tahu, meskipun hanya kilasan bayanganmu yang tampak, g etarannya masih sama, kakiku masih tegak.  Tapi apalah aku, yang tak punya nyali secuil pun untuk menatap, menyapa, apalagi mengungkapkan.  Aku... dengan bodohnya menyimpan rapat rasa-rasa itu. Sungguh, tak ada keberanian sedikit pun, sekalipun. Mengagumi dari jauh memang sekompleks itu. Anehnya, aku mengamini jalan ini. Aku menikmati setiap alurnya. Aku...mengagumimu tanpa definisi. Mempersilakanmu masuk ke beberapa lembar kehidupanku dengan cuma-cuma. Mendapatimu berjalan ke arahku kemudian membersamaiku dengan perbincangan ala kadarnya saat itu, adalah hal terbaik untuk membuat duniaku jungkir balik. Akan tetapi, apa kamu pernah berpikir ada beberapa hal yang kubenci darimu? Mempersilakanku untuk berasumsi atas kebaikan perangaimu, adalah kesalahan terbesarmu.  Hahahaha . Tapi....kutegaskan sekali lagi. Hatiku tidak berubah, meski sekian tahun telah lalu. Keyakinanku tidak goyah, meski sekian hari telah lampau. Aku di sini

Sebuah Catatan Pendek Tentang Menetap #4

Image
  Apa aku akan baik-baik saja hanya dengan mengagumi dari jauh?  Apa aku akan tangguh jika memilih untuk teguh? Apa aku siap untuk patah sendiri? Apa aku tetap bisa berjalan jika pada akhirnya aku memutuskan berhenti?   Dan masih banyak pertanyaan Apa aku... yang lainnya. Parahnya, aku bisa menjawab semua pertanyaan itu dengan asumsi-asumsi yang kubangun sendiri. Jangan salah, aku cukup baik dalam hal ini . Ahlinya, hahaha.

Merdeka??

Image
Merdeka?? Apakah aku terlalu terlambat jika baru menyoal tentang merdeka sekarang ini? Merdeka?? Apakah merdeka memiliki indikator tertentu untuk mengukurnya? Merdeka?? Jika diperbolehkan menyoal tentang aku, seberapa merdekakah diriku? Nyatanya aku selalu menjadi Tuan atas pilihan-pilihanku. Oh tunggu, apakah merdeka selalu tentang pilihan? Merdeka?? Merdeka, merdeka.  Merdeka?? Seberapa merdekakah diriku? Nyatanya, diriku sendiri yang membatasi arah dan langkah yang kuhendaki. Merdeka?? Jika itu kamu, semerdeka apakah dirimu? PS : Selamat HUT Merdeka Negeriku, Indonesia. Terima kasih telah menerima kehadiranku. Semoga Engkau sehat selalu dan merdeka bukan hanya angin lalu. 

Sebuah Catatan Pendek Tentang Menetap #3

Image
"Hei, belum selesai kah?" OH MY GOD!!! Apa yang sedang terjadi disini? Siapa yang baru saja mengajukan pertanyaan? Apa yang akan terjadi jika kita terbiasa mengamati dari jauh tapi diberikan kesempatan untuk sekali saja bertegur sapa? Tuhan, apa aku salah memasuki ruangan? Tidak bisakah aku keluar saja? Aku tidak keluar, saat itu kakiku justru melangkah untuk kemudian duduk di depannya. Apa yang baru saja kulakukan? Alih-alih menjawab pertanyaannya, aku justru memberi pertanyaan. "Kok, disini?" dan sejurus kemudian aku menyesali pertanyaanku. Kenapa aku bodoh sekali!! Jika aku boleh berterus terang, kesempatan ini selalu kuharapkan. Karena, kenapa tidak?

Perkusi Joyo Pranoto

Bertahan tanpa alasan memang tidak pernah mudah Namun melepaskan juga bukan sebuah hal yang tak susah                         Setiap keping memori kala itu masih melekat dengan baik. Tersimpan rapi di memorangium salah satu lobus otakku. Lebih gembira lagi setiap kedua ban sepedaku menapaki Joyo Pranoto. Perkusi-perkusi menyambutku dengan sukacita. Kemudian, senyumku melengkung indah. Kemudian, ingatan mulai melambung. Kepingan film-film di otakku mulai berputar. Mengulas satu persatu kejadian yang kualami seharian ini, bisa jadi kejadian kemarin, sehari yang lalu, ataupun hari itu. Ya, hari itu. Kepingan film-film otakku tak ada lelah memutar kejadian hari itu.             Joyo Pranoto dan perkusinya. Mengusik indah kegiatanku untuk sejenak menikmati perkusi-perkusinya. Semakin deru perkusi melambung ke langit, semakin memaksaku untuk sejenak terdiam, merenung. Oh, bukan. Tapi memaksaku menyelami kembali setiap kejadian di masa lalu.             Joyo Pranoto dan perkusiny

Sebuah Catatan Pendek Tentang Menetap #2

Image
Biasanya, aku hanya mampu melihat dari jauh.  Mengamati setiap detail langkah kakinya. Atau mengamati dari sekian posting- an di media sosialnya. Dia memang jauh, tapi terasa begitu dekat.  Malam itu, setelah sekian lama kita kembali bersua. Tak ada satu titik keberanian untuk menyapa selain hanya menatap. Seperti biasa, bisa mengamatinya dari jauh adalah hal yang luar biasa. Hanya begitu saja, dalam diam. Tapi tahu tidak, dengan mengamati perangainya, satu sudut mulutku terangkat? Aku tersenyum. Iya, itu dia. Masih saja sama. 

Sebuah Catatan Pendek Tentang Menetap

Image
Ada. Rasanya masih sama. Atau ahh, sungguh tak terdefinisi. 15 tahun. Bukan rentang waktu yang singkat untuk menyimpan sebuah rasa. Sekian banyak ombak menghadang tapi rasa itu tetap kokoh bertahan. Ada. Rasanya masih disana. Ia tak beranjak. Tapi mengapa? Mengapa ia memilih untuk tinggal? Mengapa ia memilih untuk menetap?