Hati Yang Sakit
Ketika rumah bukan
lagi sebagai tempat kembali terbaik. Ketika rumah tak lagi terasa seperti
surga. Hendaknya saat itulah hati mulai sadar. Bahwa hati ini sudah terinfeksi
begitu dalam. Digerogoti penyakit-penyakit mematikan. Hingga tak lagi ada
bahagia, tak lagi ada kasih terlebih rasa sayang. Seberapa lama rumah itu akan
bertahan? Lihat saja, satu dua hari kedepan-oh bukan-satu detik kedepan saja
rumah itu akan ambruk, roboh, hancur berantakan. Tak adalagi cinta yang
menguatkan tiang-tiangnya. Hanya iri dengki yang tersisa. Dan amarah yang
mengisi ruangannya. Ketika sakit hati namun hati itu ikhlas memaafkan maka tak
akan pernah ada hati yang sakit hingga merintih. Tak akan ada infeksi lebih
lanjut. Jikalau saja, hati itu ikhlas memaafkan maka rumah itu masih menjadi
surga. Hanya saja, hati itu sudah terinfeksi teramat sangat oleh penyakit iri
dengki dan dusta. Sehingga, bukan lagi surga namun rumah serasa neraka.
Na'udzubillah.
Sesungguhnya seorang
muslim dengan muslim yang lainnya adalah ibarat sebuah bangunan yang tiangnya
saling menguatkan satu sama lain. Dalam sebuah hadits dikatakan bahwa
"Jika kau ingin dipanjangkan umurmu dan dilapangkan rezekimu maka
sambunglah silaturrahim."
Lantas bagaiamana jika silaturrahim itu terputus?
Dari Abu Hurairah r.a.
berkata Rasulullah saw bersabda : “Tidak halal bagi seorang muslim memutuskan
hubungan dengan saudaranya sesama muslim selama lebih dari tiga hari, barang
siapa memutuskan lebih dari tiga hari dan meninggal maka ia masuk neraka."
Na'udzubillah.
Astaghfirullah. Masih
ragukah kita untuk saling merelakan dan memaafkan? Tidakkah kedamaian dalam
bermuamalah adalah sebuah idaman?
Tunggu apalagi? Masih
menunggu hingga kita mati? Sungguh kau telah salah, karena yang paling dekat
dengan kita adalah kematian. Lantas, masih berpikir untuk berjauh-jauhan?
Islam. Islam. Islam.
Berasal dari kata 'salam' yang artinya keselamatan. Betapa Islam mencintai
kedamaian. Bukalah hati kita, sembuhkan hati kita dari infeksi bakteri-bakteri
jahat. Sembuhkan dengan maaf, sembuhkan dengan salam.
Karena apa sahabatku?
Rahman dan Rahim-Nya tak pernah memiliki batas akhir untuk dikaruniakan kepada
kita, manusia. Kemudian masihkah kita berpikir dua kali untuk mencurahkan kasih
kasih dan sayang kita? Bahkan Rasulullah mengajarkan untuk berbuat baik kepada
orang yang kita benci. Sekalipun orang itu mencaci maki Rasulullah di depan
beliau, namun tiada henti Rasulullah berbuat baik kepadanya. Oh, malulah kita.
Betapa malunya kita. Menyuarakan ukhuwah tapi tak ada usaha memperbaiki
silaturrahim. Menyuarakan perdamaian tapi kita menyemai bibit permusuhan.
Wahai sahabat, yang
tak pernah lekang adalah nasihat baik. Sekalipun yang diatas hanyalah
cuitan-cuitan belaka. Semoga saja membawa makna. Pernah suatu ketika, ada
seorang sahabat karib (eh, karib? Sok mengkaribkan-maaf ya) mengirimku audio file. Apa isinya? Soundtrack dari
kartun Spongebob Squarpants yang sangat aku benci. Lantas ia berkata, “Kau
boleh membencinya, namun jangan kau lupa maknanya.” Makna lagu itu. Kemudian
aku belajar. Belajar mengambil hikmah sekalipun aku membenci. Bahkan Allah
sudah mengingatkan. “Jangan kau terlalu membenci sesuatu karena bisa jadi ia
baik bagimu, dan jangan kau terlalu menyukai sesuatu karena bisa jadi ia tidak
baik bagimu.”
Karena cinta-Nya tak pernah berbatas
Karena rahman dan rahim-Nya tak pernah diharap berbalas
MashaaAllah 😊😊👍
ReplyDelete