SALAM ITU

SALAM ITU : Salam Terakhir di Penghujung Hari

Ketika semua kisah ini dimulai, terbersit sedikit ketakutan bahwa akan ada sesuatu yang berubah. Tentu hal seperti ini tak sekalipun ada dalam list hidupku, namun aku tak bisa memungkiri bahwa aku juga menginginkannya. Sebuah kewajaran bukan? Ketika ada setetes embun yang mulai menyejukkan. Tapi, aku juga tak bisa memungkiri, bahwa ini tidak sesuai. Sebersit ketakutan itu perlahan terbukti, walaupun masih bisa teratasi tapi mau tidak mau hal itu pasti terjadi. Aku hanya tak mau melanggar prinsipku. Sebagai muslimah yang senantiasa berusaha berhijrah, ini benar-benar tak boleh berlanjut. Tapi sisi lain diri ini memungkiri. Banyak hal bertentangan di benak. Untuk apa sebuah kepastian kalau pada akhirnya tidak pernah terikat. Namun, sisi lain berkata kalau 'ia' juga harus dicari dan dipertahankan. Ah, semua ini membingungkan. Tak elak, pilu dan kalut pun menghampiri. 

Tak ingin ini berlanjut pada jalan yang tak diridhai-Nya, tapi juga tak ingin komunikasi ini terputus hingga bahkan terjadi permusuhan. Ingin diri ini hanya satu, tak ada pihak yang tersakiti. Aku tak ingin jatuh, ketika 'ia' hanya ingin bermain dan aku juga tak ingin ia jatuh ketika ia benar-benar serius. Intinya, tak boleh ada pihak manapun yang tersakiti. Jalan masih panjang. Proses panjang pun masih harus dialaui. Untuk apa sebuah kepastian, jika Sang Maha Pemberi Kepastian bahkan belum 'Kun!" Bukan hal penting sebuah kepastian sekarang ini. Tapi usaha untuk memperbaiki diri masing-masing adalah hal terbaik yang bisa dilakukan. Sama-sama memandang ke depan, dan saling mengingatkan sebagai sesama muslim. Tak ada kepastian yang pasti, hanya Tuhan lah Maha Pemberi Kepastian. Semua akan datang, dan semua akan indah pada waktunya. Sekali lagi, memperbaiki diri masing-masing adalah hal terpenting saat ini. Karena "Ath Thayyibu Lith Thayyibaat", mungkin usaha yang lain yang bisa dilakukan adalah mengikatnya dalam rangkaian doa yang senantiasa terpanjat kehadirat-Nya.

Kendatipun ia berkata kutub utara dan selatan hanya mampu beriringan, bahkan kita tak pernah tahu bahwa Tuhan Maha Kuasa menyatukan kedua kutub itu :)

Comments

Popular posts from this blog

Tentang Kamu

I Hear Your Voice (2)

Sebuah Catatan Akhir Tentang Menetap